Dari kajian biologi, kebahagiaan bisa dilihat dari bagian otak yang menghasilkan hormon tertentu (dopamin) yang berpengaruh terhadap gairah dan perasaan – peraan lain yang terkait dengan kesenangan. Dari kajian Agama atau spiritual, sebuah riset ekstensif yang dilakukan Gallup menemukan orang-orang yang komit secara spiritual ternyata dua kali lebih bahagia daripada orang-orang yang kurang komit. Orang-orang yang spiritualnya tinggi juga diramalkan memiliki resiko lebih rendah untuk terkena depresi, narkoba, usaha bunuh diri, dan lebih puas dengan keberadaan dan hidupnya.
- Mengapa Manusia Perlu Bahagia?
- Apa yang membuat seseorang bahagia?
Dalam bukunya Being HAppy: A Hand book to Greater Confidence and Security, Andrew Matthes menyatakan bahwa yang menentukan kebahagiaan kita bukanlah apa yang terjadi pada kita, melainkan bagaimana reaksi kita terhadap hal-hal yang terjadi pada kehidupan kita. Kita juga bertanggung atas kebahagiaan itu sendiri.
Untuk bahagia, kata Andrew, Fokuskan pikiran kita pad apikiran-pikiran bahagia. Kita adalah pengendali pikiran kita sendiri.
- Apa Rumus Kebahagiaan?
Kemampuan untuk memiliki rasa kecukupan dan rasa syukur hanya bisa lahir dari kecakapan hidup ibadah seseorang. Kebahagiaan bukanlah sebuah kondisi ideal yang dapat dicapai jika tidak disertai rasa cukup dan rasa syukur.